Baitul Maal BMT Artha Barokah sebagai lembaga amil zakat yang dikukuhkan menjadi Mitra Pengelola Zakat Dompet Dhuafa memberikan fasilitas kepada muzaki atau donatur berupa zakat infak, sedekah dan wakaf. Baitul Maal BMT Artha Barokah mempunyai kewajiban untuk menyalurkan zakat, infak, sedekah dan wakaf yang telah terkumpul dari para muzaki dan donatur. Penyaluran ZISWAF yang telah terkumpul salah satunya melalui kegiatan santunan. Program santunan menyasar dhuafa dan lansia yang benar-benar membutuhkan dimana mereka memiliki keterbatasan berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Program Santunan untuk Dhuafa dan Lansia yang digagas oleh Baitul Maal BMT Artha Barokah disosialisasikan melalui media sosial Facebook Arba Peduli dan Grup WA Arba Peduli. Baitul Maal BMT Artha Barokah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini baik dalam bentuk materi yang bisa didonasikan melalu rekening yang telah ditentukan maupun berpartisipasi dalam memberikan informasi calon penerima manfaat yang layak menerima program santunan ini. Adapun Baitul Maal BMT Artha Barokah menentukan kriteria-kriteria calon penerima manfaat dengan kriteria pokok Dhuafa dan yang memenuhi salah satu dari kriteria berikut:
- Lansia / jompo
- Sakit-sakitan
- Hidup sebatang kara
- Tertimpa musibah
- Janda
- Terlilit hutang
Dari media sosial facebook dan WA yang dimanfaatkan untuk sosialisasi program, telah terkumpul 10 informasi mengenai orang yang berhak dan layak memperoleh manfaat dari program santunan ini.

Namanya Ibu Painem, tapi orang-orang lebih sering memanggilnya Mbah Cokro. Beliau adalah seorang janda 4 anak. Dua anaknya telah berkeluarga dan berekonomi pas-pasan. Dua anaknya yang lain masih menjadi tanggungan Mbah Cokro, karena yang satu sakit tumor dan gangguan jiwa sedangkan yang satunya lagi menderita asma sehingga tidak bisa bekerja. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Mbah Cokro membuatkan minum untuk polisi yang bertugas di pos polisi dekat tempat tinggalnya.
Beliau adalah Mbah Pon. Mbah Pon seorang lansia yang hidup sebatang kara. Mbah Pon juga merupakan penyandang disabilitas tuna netra. Hanya keponakannya yang kadang mengunjunginya seminggu sekali karena tinggal di luar kota.
Beliau adalah Pak Sokijan. Pak Sokijan seorang buruh di penggrajian kayu. Istri beliau menderita lemah jantung dan hanya bisa tertidur lemah, tak mampu bangun dan sepenuhnya bergantung pada orang lain. Putra semata wayangnya merupakan penyandang disabilitas. Sehingga Pak Sokijan harus bekerja menncari nafkah sembari merawat istri dan anaknya.
Mbah Mudi seorang lansia yang hidup sendiri di gubug sederhananya. Sepenuhnya ia bergantung pada tetangga di sekitar rumahnya.
Mbah Sukarjo hidup seorang diri di bekas kandang kambing milik tetangganya. Beliau membantu merawat dan menjaga sapi yang kandangnya bersebelahan dengan tempat beliau tinggal.
Bu Rina adalah seorang janda dengan 3 anak yang masih sekolah, SMA, SMP dan SD. Bu Rina bekerja sebagai pengasuh anak tetangganya. Putri keduanya akan melakukan operasi ganti kulit pada wajahnya.
Bu Ponir seorang janda yang tinggal sendiri di rumah sederhananya.
Bu Painah seorang lansia yang hidup seorang diri, beliau tidak punya suami dan anak. Sehari-hari beliau bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bu Ginah seorang lansia yang hidup seorang diri, beliau tidak punya suami dan anak. Sehari-hari beliau bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.