Teranglah Bintang Kehidupanku

Sudah tentu kita semua menginginkan bintang kehidupan kita bersinar terang. Semua hal yang kita lakukan berjalan dengan lancar. Setiap usaha yang kita lakukan menuai keberhasilan. Ingin setiap langkah yang kita ambil selalu tepat pada jalan menuju keberuntungan. Intinya, apa saja yang kita usahakan selalu berhasil dan sukses. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar bintang kehidupan kita dapat bersinar terang? Bagaimana kemudahan-kemudahan dan keberuntungan-keberuntungan itu bisa kita dapatkan? Bukankah jalan itu tak selalu mulus? Pasti banyak lubang disana-sini.

Namun, sebagai seorang yang beriman sudah sepatutnya kita percaya dan yakin akan kebenaran firman Allah sebagai berikut:

Artinya: “Adapaun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS Al Lail : 5-7)

Dari ayat tersebut dapat kita simpulkan tiga hal yang Allah perintahkan supaya jalan yang kita ambil memperoleh kemudahan, yaitu:

Pertama, suka memberi dan murah hati. Kita harus memiliki sikap dermawan, suka memberikan sebagain harta benda yan kita miliki kepada orang-orang yang membutuhkan atau yang sedang kesulitan, menyantuni anak yatim piatu, para janda serta orang-orang jompo yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

Kedua, bertakwa. Secara sederhana, takwa adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah menyatakan akan memberikan kemudahan dan fasilitas serta rizki dari arah manapun yang tidak diduga-duga. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah. Niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS At-Thalaq : 2-3)

Dan firman-Nya:

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (At Thalaq : 4)

Ketiga: membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga). Mempercayai nila-nilai kebenaran akan mendatangkan keberuntungan. Ketika kita perhatikan sesungguhnya dalam kehidupoan di dunia ini ada dua unsut yang sangat menentulan dan mewarnai kehiduan manusia, yaitu nilai-nilai kebaikan yang akan mengantarkan manusia pada kerusakan, kebinasaan dan kehancuran.

Marilah kita bersama-sama membuat bintang kehidupan kita bersinar lebih terang dan semakin terang dengan menjalankan perintah-Nya dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

3 Ajian Untuk Kebaikan Diri

Sering kita mendengar atau membaca peribahasa Jawa ini. Peribahasa ini merupakan suatu nasehat yang luar biasa berkenaan dengan menjaga lisan, sikap dan perbuatan kita. Peribahasa yang sangat berkaitan erat dengan akhlakul karimah seorang muslim.

Ajining Dhiri Dumunung Ing Lathi

Ajining dhiri dumunung ing lathi berarti bahwa harga diri seseorang itu salah satunya tergantung pada tutur katanya. Kepribadian seseorang bisa kita lihat dari cara bicaranya dan kata-kata yang dia ucapkan. Orang yang berkata-kata baik, dan lemah lembut tutur katanya, maka kepribadiannya pun baik pula. Lisan juga mencerminkan kadar keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda

“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah.” Kemampuan kita menjaga lisan akan membuat kita dihargai orang lain dan dipercaya oleh orang lain. bahkan Allah SWt akan meninggikan derajat orang yang mampu menjaga lisannya dan neraka merupakan tempat bagi orang yang tidak bis amenjaga lisannya.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ajining Raga Saka Busana

Makna dari peribahasa ini adalah “ajining raga saka busana” yang berarti nilai diri seseorang itu bisa dilihat dari penampilannya. Penampilan yang bersih, sopan, rapi tentu akn lebih dihargai dan dihormati oleh orang lain. Berbeda dengan pakaian yang terbuka, kurang sopan, dan lecek tentu akan dipandang sebelah mata oleh orang lain, bahkan tidak mungkin akan dilecehkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka menjulurkan khimarnya (jilbab) ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Islam mewajibkan umatnya untuk menutup aurat. Dengan menutup aurat, orang-orang akan lebih terjaga pandangannya sehingga tidak muncul niat untuk mengganggu. Tentu hal ini akan membuat kita sendiri merasa aman. Selain itu orang yang tidak menutup aurat, nerakalah balasannya.

Ajining Awak Saka Tumindak

Sikap dan perbuatan seseorang mencerminkan siapa dirinya oleh karena itu Islam mengajarkan setiap muslim untuk menjaga perilakunya. Seorang muslim yang baik adalah muslim yang berakhlakul karimah yakni mempunyai sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam, Nabi Muhammad Saw adalah manusia yang paling mulia yang paling baik akhlaknya sehingga beliau merupakan suri tauladan yang baik untuk umat muslim. Hal tersebut diabadikan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab : 21)

Rasulullah Saw mencintai orang yang mempunyai akhlak mulia, dari Jabir ra Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

"Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong." (HR At Tirmidzi) 

Demikian Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan, penampilan dan perbuatan kita. Dengan menerapkan 3 ajian tersebut maka kebaikan akan ada pada diri kita karena telah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Insyaa Allah.

Allah SWT Belum Menjamin Surga-Nya untuk Kita

“Engkau sangat berusaha untuk perkara yang sudah dijamin Allah, tapi lalai terhadap tugas yang diwajibkan atasmu adalah pertanda padamnya mata hatimu.”

Ini adalah bunyi kalimat hikmah kelima dari Kitab Al Hikam Ibnu Athaillah. Isinya menekankan tentang perilaku keliru banyak orang menyikapi antara masalah rizki dan menjalani perintah Allah swt. Tidak sedikit manusia yang menempati secara terbalik perihal dua masalah ini. Antara rizki yang telah dijamin dan terukur dari Allah swt kepada semua makhluk-Nya, dan keharusan menjalankan perinah Allah swt. Yang banyak dilakukan kita adalah sangat berusaha keras mencari rizki, memberikan porsi waktu dan perhatian yang begitu besar dalam mencari harta. Tapi usaha keras tersebut, kemudian mengorbankan ketaatan dalam melakukan perintah Allah swt. Rizki sudah dijamin oleh Allah, mengapa melakukan sesuatu luar biasa untuk mencarinya hingga mengabaikan perintah Allah yang harus dilakukan? Demikian bunyi pertanyaannya.

Saudaraku, Para ulama banyak mengomentari ungkapan Ibnu Athaillah tersebut. Di antara mereka ada yang meyebutkan bahwa perilaku yang disebut itu, merupakan bukti kurangnya rasa percaya seorang hamba terhadap janji Allah Yang Menyatakan telah menjamin rizki bagi setiap makhluk. Sebab satu hal yang harus kita yakini sebagai bukti keimanan, adalah tak ada satupun makhluk Allah, baik binatang, tumbuhan sampai benda mati sekalipun, kecuali Allah swt menciptakannya di atas satu tugas atau fungsi tertentu. Semuanya diarahkan untuk bisa memenuhi fungsi dan menjalani tugasnya. Benda paling kecil yang dikenal manusia seperti atom misalnya, memiliki tugas dan fungsinya. Demikian juga benda terbesar seperti matahari dan semacamnya. Semua memiliki tugas dan fungsinya sendiri-sendiri. Dalam Al-Qur’an hal ini disinggung dalam surat An Nur ayat 41, “Semuanya telah mengetahui bagaimana cara do’a dan tasbihnya.” Saudaraku, Renungkanlah ayat itu. Inilah yang dihayati oleh Nabi Musa As sehingga ia memberi pernyataan yang begitu argumentatif saat berhadapan dengan Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan. Musa As mengatakan, “Tuhan kami Yang Memberi misi pada semua yang diciptakan-Nya, kemudian memberi petunjuk.” (QS Thoha : 50). Maksudnya adalah Allah swt memberikan bentuk dan karakter segala ciptaan-Nya sesuai misi yang dikehendaki oleh-Nya, kemudian memberinya petunjuk untuk mencapai misi yang dibebankan kepada ciptaan-Nya itu. Kita sama dengan makhluk-makhluk Allah swt yang lain karena kita memiliki misi dalam penciptaan. Bedanya, makhluk lain selain manusia menjalani fungsinya secara sukarela maupun terpaksa, atau sejalan dengan insting tabiatnya. Sedangkan manusia, Allah tetapkan memiliki pilihan, kebebasan dan keinginan dalam menjalani misinya. Pembedaan ini sebenarnya merupakan bentuk pemuliaan terhadap manusia sehingga kedudukannya menjadi lebih istimewa dibanding hewan dan ciptaan Allah lainnya yang dikendalikan oleh insting dalam menjalani misinya. Pembedaan ini sebenarnya merupakan bentuk pemuliaan terhadap manusia sehingga kedudukannya menjadi lebih istimewa dibanding hewan dan ciptaan Allah lainnya yang dikendalikan oleh insting dalam menjalani misinya. Perhatikanlah bagaimana Allah swt melukiskan ketundukan ciptaan-Nya selain manusia dalam firman-Nya yang artinya, “Apakah kamu tiada mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?” (QS Al Hajj : 18)

Saudaraku Penting kita sadari, sisi keistimewaan manusia dibanding makhluk yang lain itu ternyata menjadikannya memiliki resiko membangkang atau menolak perintah menjalani fungsi dari Allah swt. Karena itu manusia lebih memilih bersusah payah dan habis-habisan dalam mengejar rizki yang sudah dijamin oleh Allah, dengan mengabaikan kewajiban yang diperintahkan. Inilah penjelasan perkataan Ibnu Athaillah di atas. Tentu ini tidak berarti kita dilarang serius dang bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan di dunia yang hasilnya sudah dijamin oleh Allah. Nasihat Ibnu Athaillah tadi berlaku bila kesibukan dunia yang kia lakukan telah memalingkan kita dari melaksanakan fungsi dan kewajiban Islam. Menunda shalat saat azan dengan alasan kesibukan berdagang dan semacamnya, adalah contoh yang paling mudah kita alami.

Saudaraku, Keseriusan dan kerajinan dalam bekerja dianjurkan dalam hadits dari Kaab bin Ajrah ketika Rasul saw keluar bersamanya dan sejumlah sahabat. Ketika itu mereka melihat seorang laki-laki begitu giat bekerja. Mereka melihat ketangguhannya dan kerajinannya yang begitu menakjubkan. Salah seorang sahabat mengatakan, “Sayang sekali orang ini, andaikan saja apa yang ia lakukan itu di jalan Allah.” Rasul saw mengatakan, “Jika seseorang bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah, jika ia keluar untuk orang tuanya yang sudah tua maka ia di jalan Allah, jika ia keluar berusaha untuk dirinya agar tidak meminta-minta maka ia di jalan Allah, kalau dia bekerja untuk istri dan keluarganya maka ia di jalan Allah. Tapi bila ia keluar untuk berbangga-bangga, berlomba dengan banyaknya harta, dia ada di jalan syaithan.” Saudaraku, Allah telah menjamin rizki untuk kita, tapi belum menjamin surga-Nya untuk kita.

Sumber: Tarbawi Edisi 270 Th. 13, Rabiul Tsani 1433, 8 Maret 2012

Kiat Sukses Memulai Bisnis

Bisnis merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang yang bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan. Dari keuntungan inilah, dia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari Abu Abdullah Az-Zubair bin Al-‘Awwam r.a., ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi ataupun tidak.” (HR. Bukhari)

Hadis tersebut menunjukkan bahwa bekerja adalah suatu yang mulia. Berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya adalah lebih baik dari pada kita bergantung pada orang lain.

Merintis suatu usaha adalah hal yang tidak mudah. Perasaan takut akan kegagalan yang mungkin dihadapi menjadi momok yang menakutkan. Resiko-resiko yang mungkin terjadi semisal dagangannya tidak laku, terlilit hutang atau bahkan tertipu partner bisnis sangat mungkin menjadi faktor yang mendukung seseorang kalah sebelum berperang. Oleh karena itulah, orang yang ingin merintis suatu usaha harus memiliki cita-cita yang terbungkus dalam satu kata yaitu Ridho Illahi. Orang mempunyai sifat ridha pada Allah akan memiliki sikap optimis, lapang dada, kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik bahwa apapun yang terjadi semua sudah dalam rencana dan ketentuan dari Allah. Ia akan selalu dapat mengambil hikmah dari apa yang terjadi padanya, termasuk pahitnya kegagalan. Maka dari itu, hal  pertama yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin merintis usaha adalah mengharap Ridho Illahi.

Hal kedua yang harus dimiliki adalah keteguhan hati dan tawakkal. Motivasi yang kuat dari dalam diri kita akan menumbuhkan keteguhan hati. Dengan keteguhan hati yang dimiliki, kita  tidak akan mudah putus asa , kita  akan memiliki semangat dan mental sekuat baja karena dalam  membangun usaha memerlukan perjuangan, membutuhkan proses dan waktu untuk mencapai suatu keberhasilan. Dalam ikhtiar inipun kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi tak lepas dari kuasa Allah. Kita serahkan kepada Allah hasil dari apa yang telah kita usahakan. Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim) Bahkan burungpun tidak hanya berdiam diri dan menunggu makanan datang sendiri padanya. Ia terbang pergi mencari makan disertai keyakinan bahwa Allah telah menjamin rizki bagi semua makhluk-Ny, maka Allah Ta’ala pun memberikan rizki-Nya atas usahanya tersebut.

Pemahaman atau pengetahuan mengenai bidang usaha yang akan kita geluti juga menjadi point penting yang harus kita miliki. Kurangnya pemahaman mengenai bidang usaha yang akan dirintis mengakibatkan kehancuran dalam usahanya. Pemahaman bisnis atau bidang usaha yang dirintis menentukan arah, tujuan, visi dan misi perusahaan. Selain itu, kejelasan akan bidang usaha yang dipilih sangat membantu dan mempermudah kebijakan manajerial dan strategi yang dibuat. Sebaiknya, bidang usaha yang dipilih adalah sesuai dengan passion kita dan ketertarikan kita pada hal tersebut. Karena apabila kita bekerja dengan hal-hal yang kita sukai akan lebih nyaman dan meyenangkan. Sehingga akan berdampak baik terhadap hasil yang diperoleh.

Dalam memulai bisnis, kita juga harus memperhatikan modal yang kita miliki. Modal terbagi menjadi dua yaitu modal fisik dan modal nonfisik. Modal fisik mencakup uang, tanah, gedung kendaraan dan berbagai aset yang mungkin dimiliki. Apabila uang tidak kita miliki, kita bisa mengajukan pinjaman dengan jaminan aset yang dimiliki. Hal yang harus diingat ketika meminjam uang sebagai modal adalah bagaimana mengembalikannya. Dengan demikian, bila kita memutuskan untuk meminjam uang, kita harus tahu betul skedul pengembaliannya. Ini juga berarti kita harus memiliki perencanaan bisnis, terutama perencanaan alur kas, sehingga pengembalian menjadi lancar. Namun kebanyakan dari kita barangkali tidak memiliki modal fisik tersebut. Oleh karena itulah, kita harus menggali modal non fisik yang kita miliki. Modal non fisik dapat mencakup pengetahuan, pengalaman dan jaringan. Dalam perekonomian terdiri dari beberapa sektor diantaranya pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Sektor jasa adalah salah satu bidang usaha yang tidak mengharuskan adanya modal fisik. Misalnya Mark Zuckerberg yang sukses dengan Facebook berkat  pengetahuannya di bidang pemrograman komputer dan internet. Secara umum, konsultan adalah contoh konkrit orang-orang yang berusaha dengan modal pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman ditambah dengan kemauan untuk belajar dan banyak membaca merupakan modal yang luar biasa bagi kita. Oleh karena itu, memulai bisnis dan bekerja sekarang juga apapun bentuknya berarti membangun pengalaman dan membangun modal kita. Yang terakhir adalah modal jaringan. Jaringan memberikan informasi peluang yang dapat kita ambil untuk mengembangkan usaha yang kita rintis.

Dan yang terakhir dari cita cita yang kita buat adalah mewujudkannya. Cita-cita saja barulah sebuah ide, dan ide selamanya menjadi ide tanpa langkah awal. Semakin lama kita berkecimpung dan menekuni suatu bidang bisnis, maka orang akan melihat kita sebagai pebisnis yang berpengalaman, dan kepercayaan orang akan meningkat pada kita. Ingatlah cerita para pengusaha yang saat ini sukses. Mereka menggambarkan kegagalan dan bangkrut sampai beberapa kali. Mereka bisa bangkit kartena kekuatan mental, kemampuan memecahkan masalah, adanya network dan kepercayaan orang yang didapat dari karakter dan pengalaman. Ingatlah nasihat Imam Syahid Hassan Al Banna: “Mimpi hari ini, adalah kerja sekarang dan kenyataan esok.

Tanda Cinta Dari Allah

Mungkin di antara kita sekarang ada yang sedang sakit. Entah hanya demam, pusing atau bahkan penyakit yang berat sepeti jantung dan stroke. Sakit merupakan salah satu bentuk cobaan dari Allah. Cobaan merupakan tanda keimanan. Bukan tidak mungkin orang yang rajin shalat, rajin berzakat dan rajin melakukan amalan-amalan sholeh yang lain itu tidak pernah sakit. Nabi bersabda bahwa seseorang itu diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun akan lebih berat dan jika agamnya lemah maka akan diringankan cobaannya. Namun bagaimana dengan orang yang agamanya lemah namun dia diuji dengan sakit yang berat? Itu berarti bahwa Allah menyayanginya karena Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya tersebut. Rasululullah SAW bersabda:

“Jika Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman baginya sewaktu di dunia. Dan jika Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya, maka Allah akan menangguhkan hukuman atas dosa-dosanya hingga ia akan mendapatkan balasannya pada hari kiamat nanti.” (HR At-Tirmizi)

Seorang muslim yang sedang ditimpa cobaan sakit sudah sepatutnya ia bersabar. Karena cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa kesakitan karena tusukan duri, atau yang lebih sakit darinya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosa dengannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Untuk itulah kita harus bersabar dalam menghadapi sakit yang kita derita seraya sambil berdo’a memohon ampunan dan memohon kesembuhan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Do’a yang dapat kita amalkan salah satunya adalah dengan membaca Basmallah sebanyak tiga kali seraya memegang bagian tubuh yang sakit kemudian dilanjutkan membaca do’a berikut sebanyak tujuh kali:

Artinya: “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan yang aku rasakan dan aku khawatirkan”. (HR An Nasai)

doa ketika sakit

 

Selain do’a tersebut dapat juga kita membaca do’a berikut sebanyak tiga kali:

Artinya: “Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah rasa sakit, sembuhkanlah. Engkau adalah Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak membekaskan penyakit.”

do'a menjenguk orang sakit

 

Jangan pernah berputus asa dalam sakitmu. Pasrahkan semua pada Yang Maha Kuasa karena sakit ini adalah salah satu bentuk tanda cinta-Nya pada umat-Nya seperti yang disampaikan Rasulullah dalam hadis berikut:

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan memberikan cobaan kepada mereka.” (HR Ahmad).

Langkah-langkah yang harus kita lakukan ketika sakit adalah

  1. Berdo’a memohon pertolongan dan bertawakal kepada Sang Maha Dokter dan Sang Pemberi Kesembuhan, yaitu Allah.
  2. Berobat kepada yang ahli seperti dokter.
  3. Bersedekah karena bersedekah dapat mengobati penyakit:

Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat. Dan obatilah penyakitmu dengan sedekah. Dan hadapilah cobaan yang  datang bertubi-tubi dengan do’a dan merendahkan diri kepada Allah.” (HR Abu Daud)

 

Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga Allah mengangkat segala penyakit dalam diri kita serta memberi kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. Aamin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Hikmah Sedekah

Sedekah adalah pemberian sesuatu dari orang muslim kepada yang berhak menerimanya secara ikhlas dan sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Berdasarkan pengertian ini, maka infak (pemberian atau sumbangan dalam bentuk harta untuk kebaikan) termasuk dalam kategori sedekah. Perintah untuk bersedekah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun hadis, di antaranya adalah sebagai berikut:

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat,  yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al Munafiqun : 10)

Dalam surat tersebut disampaikan bahwa kita akan mengalami penyesalan yang besar dan mendalam apabila kita tidak bersedekah. Selain itu, banyak keutamaan dari sedekah di antaranya adalah sebagai berikut:

Menghindarkan diri dari api neraka

Rasulullah SAW bersabda, "Jagalah dirimu dari api neraka, walau dengan bersedekah separuh buah kurma." (HR. Muttafaqu Alaih)

Memadamkan panasnya kubur dan sebagai naungan pada hari kiamat

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya kubur bagi orang yang memberikan sedekah, dan sesungguhnya orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat nanti dibawah naungan sedekahnya." (HR Thabrani).

Mengobati penyakit

"Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat. Dan obatilah penyakitmu dengan sedekah. Dan hadapilah cobaan yang datang bertubi-tubi dengan do'a dan merendahkan diri kepada Allah." (HR Abu Daud)

Pahala yang terus mengalir ketika kita mati

Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendo'akan kedua orang tuanya." (HR At Tirmidzi)

Memanjangkan umur dan mencegah kematan yang su'ul khotimah

Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya sedekah seorang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su'ul khotimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga diri darinya." (HR Thabrani)

Memperoleh balasan yang berlipat ganda

Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah Swt maka Allah akan melipatgandakan dengan tujuh ratus (kali lipat). Dan barang siapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan barang siapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi penggugur dosa." (HR Ahmad)

Menghapuskan kesalahan

"Sedekah itu menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api." (HR At Tirmidzi)

Investasi Harta

Allah Swt berfirman:

"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS Al Mulk : 15)

Dalam ayat ini, Allah Swt memerintahkan untuk berjalan di muka bumi ini untuk mencari rezeki Allah Swt. Mencari rezeki wajib dilakukan untuk menyediakan kebutuhan harta karena tanpa bekerja, tidak mungkin ada uang dan harta. Bekerja hukumnya wajib menurut syariat Islam untuk melindungi hajat harta dari aspke menyediakan harta. dengan bekerja ini akan menghasilkan keuntungan karena buah dari usaha dan kerjanya.

setelah memiliki keuntungan, maka ia berhak untuk menggunakannya dan menginfakkannya sesuai dengan ketentuan syariah tanpa berlebih-lebihan dan pemubadziran. Seorang mukallaf dengan keuntungan yang dimilikinya berapa pun besarnya, maka harus menginfakkan sebagian dari keuntungannnya tersebut dan sisanya harus ditabungkan (investasi). Kelebihan harta setelah diinfakkan tidka boleh didiamkan karena merupakan penimbunan yang diharamkan menurut Al Qur'an dan Al Hadis, juga diharamkan karena kita berkewajiban mengembangkan harta sehingga terjadi penambahan produksi supaya bisa merealisasikan maksud Allah dalam menyiapkan kekuatan dalam umat ini untuk menghadapi musuh-musuh Islam sebagaimana firman Allah Swt.:

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh ALlah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya." (QS Al Anfal : 60)

Dari aspek ekonomi, jika harta tidak diinvestasikan, ia hanya menjadi seonggok harta yang tidak berguna. Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia. Di satu pihak Islam memberikan disinsentif terhadap saving yang tidak diinvestasikan, namun di lain pihak Islam memberikan insentif untuk melakukan investasi. Konsekuensi logis dari investasi adalah munculnya peluang untuk untung dan rugi.

Jadi dengan argumen ilmu ekonomi, larangan penimbunan harta adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Di dalam buku al ihya, Imam Ghazali juga mengecam orang yang menimbun harta dan tidak ditransaksikan atau diputar di sektor riil.

Jika seseorang menimbun dirham dan dinar, ia berdosa. DInar dan dirham tidak memiliki guna langsung pada dirinya. Dinar dan dirham diciptakan suaya beredar dari tangan ke tangan, untuk mengatur dan memfasilitasi pertukaran (sebagai) simbol untuk mengetahui nilai dan kelas barang. Siapapun yang mengubahnya menjadi pealatan emas, maka ia tidak bersyukur kepada penciptanya dan lebih buruk daripada penimbunan uang, karena orang yang seperti itu adalah seperti orang yang memaksa penguasa untuk melakukan fungsi-fungsi yang tidak cocok seperti menenun kain, mengumpulkan pajak, dan lain-lain. Menimbun koin masih lebih baik dibandingkan mengubahnya, karena ada logam dan material lainnya seperti tembaga, perunggu, besi, tanah liat yang dapat digunakan untuk membuat peralatan. Tetapi tanah liat tidak dapat digunakan untuk mengganti fungsi dirham dan dinar.

Sumber:

Karim, Adiwarman A., dan Oni Sahroni. 2015. Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah Ekonomi Syariah Analisis Fikih dan Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

2,5 % Untuk Harta Yang Lebih Berkah

Sering kita dengar dari teman-teman di sekitar kita atau bahkan mengalami sendiri, keadaan dimana  belum lama gajian tetapi tiba-tiba uang sudah habis. Mungkin memang karena manajemen keuangan kita memang belum baik. Tetapi apakah hanya karena itu harta yang kita miliki seakan tidak bermanfaat, baik untuk kita maupun untuk orang lain? Hilang tanpa bekas, habis tak bersisa. Keadaan lain yang sering terjadi adalah kita merasa harta yang kita miliki belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita selalu merasa kurang dan kurang.  Keadaan seperti inilah yang disebut harta yang kita miliki tidak berkah. Kok bisa?

Allah SWT berfirman dalam QS Az Zariyat ayat 19:

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.

Jelas dalam surat tersebut bahwa di dalam harta kita ada hak untuk orang lain khusunya untuk fakir miskin. Jadi wajarlah apabila sebagian dari penghasilan kita tidak kita sisihkan untuk fakir miskin, berarti kita telah memakan hak mereka. Inilah yang membuat penghasilan yang kita peroleh tidak berkah.

Islam menganjurkan kita untuk mengeluarkan zakat 2,5% dari penghasilan kita. Akan tetapi, zakat harus memenuhi nisab dan kepemilikannya pun minimal setahun. Untuk itu, 2,5% dari penghasilan bisa kita salurkan dalam bentuk infak ataupun sedekah. Dimana infak dan sedekah tidak ada nisabnya. Kita wajib mengeluarkan infak atau sedekah dari penghasilan yang kita peroleh baik hasil usaha maupun hasil bumi sebagaimana firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS Al Baqarah : 267)

Penyebab lain mengapa harta yang kita miliki tidak berkah adalah bahwa tidak ada jaminan 100% pendapatan kita halal murni, sehingga 2,5% yang kita keluarkan dari penghasilan kita digunakan untuk mensucikan harta tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (QS. At-Taubah: 103)

Pahala sedekah yang akan Allah berikan kepada kita minimal 10 kali lipat dari apa yang telah kita keluarkan, bahkan 700 kali lipat dari harta yang kita sedekahkan tersebut. Allah SWt berfirman:

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’am: 160).


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (SEDEKAH) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah : 261)
 

Ustadz Yusuf Mansyur telah menggambarkan pahala sedekah dalam matematika sedekah sebagai berikut:

Dalam perhitungan matematika,

10 – 1 = 9

Akan tetapi matematika sedekah

10 – 9 = 19.

Kenapa bisa 19? Ini berdasarkan QS Al An’am tersebut di atas bahwa satu kebaikan akan dibalas 10 kali lipat dari kebaikan yang dikeluarkan. Sehingga apa bila kita memberi 1, maka Allah akan memberi kita 10 yaitu 10 kali lipat dari satu, sehingga sisa harta kita yang 9 ditambah dengan pahala dari Allah 10, hasilnya menjadi 19. Sama dengan apabila kita memperoleh gaji 2 juta per bulannya, maka kita dianjurkan untuk mengeluarkan 2,5% dari gaji kita tersebut, yaitu Rp. 50.000,-. Allah akan melipatgandakannya menjadi 500.000 sehingga uang kita akan menjadi Rp. 2.450.000,- bahkan bisa dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat oleh Allah. Bagaimana ini bisa terjadi? Allah Ta’ala berfirman:

"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba : 39)

Kematian dan Sedekah

      Ketika kematian telah datang kepada kita, tidak ada yang dapat menemani kita di alam kubur dan tidak ada pula yang dapat menyelamatkan kita dari siksa kubur kecuali amal kita ketika masih di dunia. Alam kubur merupakan akhir dari perjalan kita di dunia dan awal kehidupan kita di akhirat. Apabila di alam kubur kita memperoleh siksa, maka di kehidupan selanjutnya pun siksaan kita akan semakin berat yaitu di neraka. Telah disebutkan di dalam Al Qur’an dan itu merupakan suatu peringatan agar kita tidak menyesal kelak ketika kematian telah datang menjemput kita. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." (QS Al Munafiqun : 10)

    Sebelum ada penyesalan ketika maut menjemput, kita diperintahkan untuk menginfakkan sebagian rezeki yang Allah karuniakan kepada kita.  Oleh karena itu, hendaknya kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita rezeki itu, yaitu dengan membantu saudara-saudara kita yang memerlukan dan bersegera kepadanya sebelum datang kematian yang jika tiba, maka kita tidak dapat mengejar lagi amal saleh yang telah kita lalaikan.

       Mengapa orang yang sudah meninggal memohon untuk ditunda kematiannya sehingga ia dapat bersedekah? Kenapa tidak dia sebutkan sehingga dapat berpuasa atau beramal sholeh lainnya? Hal ini dikarenakan sedekah mempunyai banyak hikmah.

Pertama, sedekah merupakan salah satu amalan yang pahalanya terus mengalir ketika kita sudah meninggal. Hal ini didasarkan kepada sabda Rasulullah

“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (HR At Tirmidzi)

Kedua, sedekah dapat memadamkan panasnya kubur dan sebagai naungan di hari kiamat kelak. Sabda Rasulullah SAW

“ Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya kubur bagi orang yang memberikan sedekah dan sesungguhnya orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat nanti di bawah naungan sedekahnya.” (HR Tabrani)

     Oleh karena itulah, orang yang sudah meninggal akan bersedekah ketika diberi kesempatan untuk hidup lagi. Karena sedekah menghindarkan kita dari siksa kubur dan pahalanya pun terus mengalir bahkan sedekah menjadi naungan kita ketika hari kiamat nanti.